Humanity vs Technology dalam film #Transcendence


Beberapa saat yang lalu saya menonton film Transcendence yang dibintangi oleh Johny Depp, Saya rasa film ini layak untuk dijadikan bahan renungan / diskusi lanjut mengenai hubungan kemanusiaan – teknologi, maupun hubungan ilmu pengetahuan – agama. Saya tidak akan membahas cerita detail tentang film tersebut, karena saya tidak mau jadi pembocor cerita (spoiler).

Johny Depp berperan sebagai ilmuwan jenius yang berjuang membuat teknologi yang lebih baik untuk umat manusia dan bumi, dianggap sebagai musuh dari organisasi anti teknologi, organisasi tersebut beranggapan teknologi akan membuat manusia mempunyai kekuatan lebih dan bahkan diistilahkan mampu bermain ‘playing god’, hal ini akan menyalahi kodrat manusia dan ‘humanity’ secara keseluruhan. Singkat cerita sang ilmuwan berhasil dibunuh oleh organisasi tersebut, kemudian karena dianggap pemikirannya terlalu besar manfaatnya untuk kemajuan teknologi jika dibiarkan mati, maka istri ilmuwan dan rekannya berusaha menyelamatkan apa yang tersisa yaitu kecerdasan si ilmuwan ke dalam komputer. Singkat kata percobaan ini berhasil.

Kecerdasan buatan yang selama ini hanya pemikiran komputer, sekarang menjadi nyata karena ‘otak’nya diisi oleh kecerdasan si ilmuwan. Selama 24/7 otak tersebut bekerja tanpa lelah, melihat dunia baru yang dipenuhi pattern dan banyak melakukan terobosan terobosan teknologi berkat kemampuannya yang bisa mengakses informasi, termasuk informasi rahasia dan hasil riset seluruh dunia. Seperti juga komputer, semakin lama semakin besar kapasitas komputasi yang diperlukan, dan sifat dasar manusia muncul disini, kehausan yang tidak pernah berhenti . Teknologi nano, machine learning, big data, artificial intelligence, security dll semua digunakan oleh si ilmuwan / komputer seakan akan mereka bermain game the sims, ‘conquer everything’ – ‘control everything’

Konflik muncul, walaupun komputer tidak melakukan ‘conquer everything’ tapi manusia sudah melihat potensi ancaman dan menganggap sebagai ancaman. Klise memang pesannya, tapi yang menarik menurut saya teknologi ini tidak lama lagi akan terwujud, dan kalo sudah terwujud saya rasa akan makin tajam perselisihan antara humanity-technology dan juga jangan lupa religion. Ilmu pengetahuan yang kita ketahui barulah secuil, kita bisa memodifikasi cuaca atau melakukan proses engineering terhadap gen belumlah membuat kita menjadi ‘god’. Satu pertanyaan mendasar muncul, jika kita mati apakah masih ada tersisa kesadaran kita yang hidup di dalam komputer tersebut ? ..

 

 

,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *