Konflik dalam Komunitas di Indonesia


Dalam suatu komunitas, konflik merupakan hal yang wajar terjadi. Suatu konflik bisa membesar tak terkendali sehingga memecah suatu komunitas. Dalam skenario lain, konflik bisa diredam oleh beberapa orang yang berpengaruh dalam komunitas, dalam hal ini biasa disebut sesepuh atau senior. Pengalaman tersebut saya peroleh dari seringnya bergabung berbagai komunitas di Indonesia, baik komunitas hobi maupun komunitas serius. Saya sebut komunitas serius karena berkaitan dengan keprofesian (profesional) atau keilmuan (akademis). Komunitas hobi bukan berarti komunitas tidak serius, tetapi orang  bergabung ke komunitas ini dengan motivasi untuk mendapatkan teman sehobi, berbagi info dengan tujuan supaya lancar dalam menjalankan hobi yang diinginkan. Pengalaman saya bergabung dengan berbagai komunitas, hampir selalu saya temukan konflik, dan bahkan beberapa kali juga, saya mendirikan komunitas pecahan dari komunitas yang lebih besar.

Konflik komunitas ini sifatnya sangat Indonesia sekali, dalam artian sudah menjadi budaya yang berulang. Penyebab konflik bisa karena hal hal sepele atau tidak cocok, maka beberapa anggota yang tidak puas mulai melakukan provokasi dan memecah belah komunitas. Setelah terpecah, usaha usaha yang dilakukan seringnya kontraproduktif terhadap usaha perdamaian atau penyatuan kelompok. Sedikit yang percaya dengan sifat pacifist, yaitu sifat yang percaya dimana konflik atau perang tidak membawa penyelesaian lebih baik. Sering sekali saya tidak mendapatkan alasan yang logis kenapa komunitas menjadi terpecah, malah kebanyakan karena ketidaksukaan terhadap sifat / karakter seseorang / kelompok lain. 

Bukan maksud saya untuk membuat stereotype dan mengeneralisir sifat budaya orang Indonesia, tapi berikut ini langkah langkah yang saya temukan dari pengamatan selama ini. 

  1. Pada saat komunitas masih kecil, suasana terasa hangat dan anggota saling kenal dan dekat satu sama yang lain. Ini biasanya terjadi pada masa masa awal pembentukan komunitas.

  2. Ketika komunitas bertambah besar, mulai terbentuk kelompok kelompok (hal ini sangat wajar). Kebiasaan bergosip orang Indonesia membuat satu kelompok mengunjingkan dan merasa lebih baik dari kelompok lain. Ketika komunitas membesar, beberapa potensi penyebab konflik pun muncul dengan alasan alasan seperti penyalahgunaan wewenang, keuangan, dan program yang tidak berjalan dengan semestinya

  3. Ketika konflik mulai meletup, yang terjadi sudah bukan alasan logis yang diutamakan, karena alasan bisa dicari cari dengan tujuan utama menjatuhkan kelompok lain apapun resikonya. Dalam tahap ini maka sebagian besar kasus yang ada maka komunitas akan pecah, demikian juga anggota yang tidak tahu apa apa pun terpaksa memilih satu pecahan kelompok untuk diikuti.

Dari urutan diatas, kesimpulan sementara adalah sifat utama (budaya) kita sendiri yang membuat repot diri kita sendiri. Oh ya konflik sebenarnya bisa dihindari jika ada kepemimpinan yang kuat, tapi ini susah dilakukan di Indonesia, secara sedikit saya temukan pemimpin yang tegas dan bisa diterima semua pihak. Ya begitulah sifat kita, tapi bagaimanapun mengenali sifat sendiri akan baik, terutama jika kita berkepentingan dengan komunitas atau memang bisnis / usaha kita bergantung kepada komunitas.

Conflict Resolution 00

sumber gambar : stock photo di google.com


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *